Aku dan Angin



Aku dan Angin

Angin syukurlah kamu ada di sini
Maukah menggantikan rerumputan menjadi pendengarku
Rerumputan sudah tertidur karena asyik mendengar ceritaku.
Masih banyak yang ingin aku ungkapkan

“Salah. Seharusnya aku tak berhembus ke arah sini, biar aku tak terjebak dengan cerita si gila yang tak ada ujungnya.”

Aku tahu kamu antusias
Jadi jangan menampilkan raut muka seperti itu
Kamu tinggal duduk manis di sampingku
Dan aku akan bawa kamu terhanyut dengan ceritaku

“Mengapa di saat seperti ini aku tidak jadi topan. Biar ku hempas si gila ini jauh. Biar aku tenang ketika berhembus.”

Kemarin aku bertemu dengan cinta monyetku
Dia sungguh berbeda
Ya aku tahu, beda status juga
Dia dengan belahan jiwanya
Sedangkan aku dengan bayangan masa lalu

“Lihatlah si gila yang tak bisa move on. Dia tersenyum tapi air matanya mengalir deras.”

Bisakah kamu bayangkan hatiku tercubit, bukan!
Hatiku ditusuki sejuta belati sakit... tapi tak berdarah
Dia hanya tersenyum

“Aku tahu senyumnya bukan untukmu, tapi kepada belahan jiwanya.”

Dan berlalu...
Sepertimu angin...
Biasanya kamu tidak pernah mau menolehku.
Mengapa sekarang kamu rela meluangkan waktu berhargamu demi cerita konyolku

“Karena aku kasihan pada si gila yang memohon dengan raut menyedihkan.”
“Lihatlah semua yang terluka sudah temukan obatnya. Hanya kamu yang masih menggali kenangan masa lalu.”
“Dan si gila ini...”

Jangan bilang aku si gila lagi angin.
Apa ini salahku sebagian masa lalu masih membekas padaku

“Tanyakan pada hatimu. Apa yang kamu mau...? Melepas masa lalumu dan mendapatkan bahagiamu dengan hati yang baru. Atau akan kamu terus saja memenjarakan masa lalu? Pilihan ada padamu.”

Angin pun beranjak dari duduk dan berhembus
Aku kira kamu akan sudih mendengarnya
Seperti rerumputan
Ternyata kamu memilih untuk pergi

Garut, 28 September 2019

Comments